Nama :
Tubagus Rahmat
Nim :
2222 100 378
Prodi :
Diksatrasia / 3A
GURUKU SAYANG DIBUANG JANGAN
“Karya Rahmat
Heldy HS” oleh Tubagus rahmat
Pada awalnya
saya mendapatkan informasi dari teman saya, bahwa novel yang kami harus baca
setelah “presiden prawiranegara” adalah novel “guruku sayang dibuang jangan ”.
pada keesokan harinya saya ke warnet(warung internet) dan melihat di group
facebook prosa fiksi ternyata memang benar tugas minggu berikutnya adalah
laporan baca dari novel yang berjudul “guruku sayang dibuang jangan”.
Hari kamis,
tanggal 11 oktober 2011, tiba saatnya mata kuliah prosa fiksi. di akhir mata
kuliah pak Firman selaku dosen mata kuliah prosa fiksi, berbicara bahwasanya
untuk minggu depan beliau berhalangan hadir karena akan keluar kota. Beliau berkata “Minggu depan kalian akan di temani oleh
penulis novel “guruku sayanng dibuang jangan” untuk berdiskusi mengenai novel
tersebut. Seperti halnya kami diskusi dengan Akmal seorang penulis novel
“presiden prawiranegara”.
Novel “guruku sayang
dibuang jangan” merupakan novel pertama dari Rahmat Heldy HS. Ia merupakan
alumni dari Universitas Sultan ageng tirtayasa, jurusan pendidikan bahasa dan
sastra Indonesia, hal ini membuktikan bahwa ia merupakan salah satu senior
saya. Rahel lulus dari pendidikan sarjananya pada tahun2004 silam.
Rahel merupakan seorang
yang tertarik pada dunia jurnalistik, sejak duduk dibangku kuliah ia sudah
berpengalaman menjadi wartawan, dan menjadi penyair. Puisi-puisinya sudah di
muat di koran-koran lokal maupun nasional.
Pada awal novel,
di tuliskan bahwa Rahel merupakan bagian dari “Rumah Dunia”, yang di ketuai Gol
A Gong. Awal ketika ia bergabung di
Rumah Dunia dengan modal semangat yang membara.
Novel pertama
buah tangan Rahel ini, sepertinya merupakan kisah nyata dari Rahel itu sendiri yang
di fiksikan, sehingga menjadi sebuah novel. Kemasannya yang menarik dan tidak
begitu tebal menjadi daya tarik tersendiri untuk saya, bahkan membuat saya
bersemangat unuk membacanya.
Pada malam
selasa saya berkeinginan untuk segera menyelesaikan baca novel ini, namun
keadaan badan saya terasa lelah dan letih, tidak lama membacanya, sayapun terlelap
bersama dengan novel itu. Esok harinya saya menghatamkan novel itu.
Rahel adalah
seorang penulis putra daerah Banten. Karena hidup di daerah kelahirannya , maka
ia menggunakan latar untuk novel “guruku sayang dibuang jangan” adalah di
daerah Banten. Kampus Universitassultan Ageng Tirtayasa yang begitu dekat
dengan kehidupan saya sekarang ini. Misalnya lingkungan masjid, pohon ketapang, ruang jurusan dan lain-lain, yang setiap hari saya juga menjumpainya. Oleh
karena itu saya seakan-akan merasakan sendiri kejadian-kejadian yang ada di
novel ini. Bahasa yang di gunakan penulispun yang mudah di pahami sehingga saya
bisa menikmati dengan begitu enjoy.
Novel “guruku
sayang dibuang jangan” adalah sebuah novel yang akan memberikan inspirasi
kepada pembacanya karena ceritanya yang sangat membangun. Hidup harus dengan
penuh keyakinan serta memiliki ambisi, segala perbuatan kita pasti akan di
balas dengan ganjaran yang setimpal. “Orang
baik pasti akan mendapat kebaikan pula”.
Bacaan yang
semacam ini, sangat cocok dibaca oleh para generasi bangsa agar smangat dalam
mengenyam pendidikan, walaupun dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Karena
kalau kita yakin Allah berkhendak tidak ada yang tidak mungkin, kunfayakun.
Pada novel ini
menceritakan tentang seorang mahasiswa bernama Rafie, yang memiliki perjuangan
yang sangat gagah untuk bisa kuliah.
Rafie adalah
seoarng mahasiswa “pendidukan bahasa dan sastra Indonesia” di Univrsitas Sultan
ageng titayasa. Ia berasal dari kampung yang sangat terisolir yang berada di
balik gunung pinang (keramat watu). Ia berasal dari keluaraga petani dan
keluarga tidak mampu, namun ia sangat memiliki motivasi yang cukup tinggi untuk
kuliah, dan ia ingin mematahkan pernyataan yang selama ini menjamur di
masyarakatnya, yaitu beranggapan bahwa “anak
petani pasti jadi petani juga”.
Berani bermimpi
di atas segala kekuarangannya, itulah yang dialami Rafie. Dengan memiliki
semangat yang kaut ia terjang keterbatasan itu. Ia sungguh orang yang mulia
karena ingin memajukan kampung halamannya dalam dunia pendikan. Hal ini
bertolak belakang dengan kebanyakan
mahasiswa sekarang, yang hanya ingin bersenang-senang, dan hura-hura saja.
Tidak bersyukur atas segala nikmat yang di berikan-nya.
Banyak anak-anak
bangsa yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal, karena keadaan yang
memaksa. Padahal setiap warga Negara memiliki hak yang sama untuk mengenyam
pendidikan. Menurut saya pun hal inilah yang telah membuat Indonesia selalu ada
di garis kemiskinan. Oleh karena itu mari kita bangun Indonesia khususnya
Banten agar memiliki masyrakat yang lebih baik, dengan menyadaran masyrakat
bahwa pendidikan sangatlah penting.
Rafie hidup di
linggkungan kampung yang masih indah yang dihiasi sawah dan sungai, yang sudah
mulai tercemar limbah induastri, serta masyarakat yang belum mengenal dunia
pendidikan, dan masih banyak orang-orang yang percaya ke benda-benda kramat
ataupun lainnya, yang bisa mengudang ke musyrikan. Namun ia tidak terbawa arus
oleh kemusyrikan dan ia selalu melaksanakan kewajiban sebagai hamba-nya.
Hidup untuk
menjadi manusia yang baik dan jujur itu sangat sulit, karena banyak sekali hal
yang menggodanya, apalagi di zaman seperti sekarang ini. Orang bisa mengahalalkan
segala cara untuk mendapatakan yang ia inginkan.”hal yang haram bisa menjadi halal”. Bahkan banyak orang yang
berkata “halal haram tak jadi masalah”.
Dengan keinginan
Rafie yang kuat untuk kuliah, ia pun sadar bahwa harus menjadi seorang anak
yang berbakti kepada orang tua, walaupun orang tuanya merupakan seorang petani. Rafie rela
melakukan pekerjaan petani seperti mengairi sawah yang kekeringan, mencari
rumput untuk makanan kerbau. Semua itu di lakukannya setiap hari, sepualng ia
kuliah. Hal ini pasti sulit dilakukan oleh anak-anak zaman sekarang, apalagi
seorang mahasiswa yang biasanya memiliki gengsi dan rasa malu yang tinggi.
Keterbatasan yang
di hadapinya membuat ia berfikir bagaimanapun caranya ia harus bisa kuliah. Hingga
pada suatu saat, orang tua Rafie terhambat dengan masalah ekonomi yang tidak
bisa untuk membiayai kuliahnya lagi. Namun, dengan tekad yang kuat Rafie
meyakinkan orang tuanya agar ia tetap kuliah. Ia berkata kepada orang tuanya
bahwa ia akan membiyai kuliahnya sendiri.
Keyakinan Rafie kalau “di balik kesusahan pasti ada kemudahan”
, oleh karena itu sebagai mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia, ia memutuaskan
untuk menjadi penyair. Serta Rafie ingat akan kata-kata Imam Al- Ghozali “jika kita terlahir bukan dari anak seorang
raja, kiyai, dan pengusahamak jadilah penulis”. Hal ini membuat rafie yakin
untuk menjadi seorang penulis
Mengirimkan
puisi-puisinya ke Koran-koran lokal, namun hal itu tidaklah mudah. Rafie
mengirikan puisinya sudah dua puluh kali, tapi ia tetap gagal dan akhirnya
hampir putus asa. Pada keadaan yang hampir membuatnya putus asa, ia bertemu
dengan dosennya pak wahen dan menceritakan kelelahannya, akhirnya pak wahen
memberi semngat, di sela-sela Susana itu ada seorang mahasiswi yang anggun,
cantik, menghampiri dosen yang bersamanya itu, dan saat itu pula ia menulis
puisi tentang perempuan yang berada dengannya di ruangan itu. Ia kirimkan puisi
itu dengan penuh perjuangan dan akhirnya berhasil terbit juga.
Tidak berbeda halnya mahasiswa yang
lain, ia pun merasakan rasa jatuh cinta kepada seorang mahasiswi Fakultas
Ekonomi, Padma namanya. Layaknya seorang yang sedang kasmaran rafie pun
berusaha unuk mendekati Padma, bahkan ia sering berbuat kekonyolan-Kekonyolan
bahkan lupa akan kewmiskinan yang dialaminya.
Namun, tidak lama kemudian Padma berlari
kelain hati, seingga membuat Rafie sangat sakithati. Inilah cinta terkadang
membuat kita senang, kalau kata anak zaman sekarang “dunia milik kita berdua yang lain ngontrak”. Pantas ada orang yang
bilang “kalau cinta sudah melekat tai
kucing rasa coklat”. Namun ada kalanya cinta membuat kita seolah-olah dunia
akan kiamat saja. Rafie pun tidak larut dalam masalah asmaranya dengan Padma,
ia berusaha melupakan Padma walaupun tidak bisa, “byangan Padma selalu menghantuinya”.
Setelah Rafie di
nobatkan menjadi sarjana timbul masalah di kampungnya, semua warga awam terhadap
pedidikan beranggapan bahwa Rafie sudah sejahtera dalam hal finansial
dan menjadi pegawai negeri sipil. Setelah itu, ia pun mengajar di yayasan
lembaga pendidikan dan mendapatkan kembali cobaan yang amat berat dalam
menghadapi murid-murid yang bermacam-macam karakter. Namun karena profesi rafie
sebagai guru maka ia hadapi semua masalah itu dengan kesabaran.
Guru tentu
mejadi cerminan para muridnya untuk berbuat, karena guru merupakan seorang figur yang harus baik, baik
ketika berada di dalam lingkungan pendidikan, maupun di luar karena ia berada
dilungkungan masyarakat. Dengan demikian, seorang guru memiliki beban moral di
dalam semua aspek kehidupan.
Karena Rafie masih
lajang, dengan usia yang cukup matang untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah ia pun di
hadapkan pilihan yang sangat menyulitkannya untuk mengambil keputusan. Apakah
menuruti keinginan ibunya atau mengikuti kata hatinya yang masih sayang denga
cinta pertamanya.
Akhirnya Rafie
membuktikan bahwa ia dalah seorang yang berbakti kepada porang tua, walaupun
hatinya yang menglami gejolak, maka dengan berat hati ia memilih seoranng
perempuann pilihan ibunya bernama Dinda. Sekarang menikah dengan di
jodoh-jodohkan sangat jarang yang mau. Karena anak muda sekarang beranggapan
bahwa”dijodhkan itu adapada zaman sitti
nurbaya”.
Tokoh pak waher
yang sangat percaya akan dunia mistik, mengidupkan jalan cerita yang adadi
dalam novel ini. Penomena seperti ini juga tidak jauh dari kehidupan
sehari-hari kita. Tetapi saya berharap jangan sampai percaya kedunia mistik
dengan berlebihan, mempercayai benda-benda kramat karena akan mengundang
kemusyrikan.
Rahel
menggambarkan tokoh sosok kedua orang tua yang rela mengorbankan semua hartanya
demi menyekolahkan anaknya, walaupun dalam keadaan yang sangat sulit. Hal ini
mengamanatkan kepada kita, bahwa orang
tua harus berani menjamin pendidikan anak-anaknya.
Dalam novel ini,
di ceritakan bahwa dalam melakukan sesuatu itu harus ditekuni, dan janagan
setengah-setengah. Suatu hal tidak ada dengan sendirinya, tidak semudah
membalikkan telapak tangan, melainkan harus dengan usaha yang maksimal dan
bekerja keras. Karena sudah janji Allah “barang
siapa bersungguh-sungguh maka akan ku kabulkan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar