Kamis, 10 April 2014

GURUKU SAYANG DIBUANG JANGAN

Nama   : Tubagus Rahmat
Nim     : 2222 100 378
Prodi   : Diksatrasia / 3A

GURUKU  SAYANG DIBUANG JANGAN
“Karya Rahmat Heldy HS” oleh Tubagus rahmat

Pada awalnya saya mendapatkan informasi dari teman saya, bahwa novel yang kami harus baca setelah “presiden prawiranegara” adalah novel “guruku sayang dibuang jangan ”. pada keesokan harinya saya ke warnet(warung internet) dan melihat di group facebook prosa fiksi ternyata memang benar tugas minggu berikutnya adalah laporan baca dari novel yang berjudul “guruku sayang dibuang jangan”.
Hari kamis, tanggal 11 oktober 2011, tiba saatnya mata kuliah prosa fiksi. di akhir mata kuliah pak Firman selaku dosen mata kuliah prosa fiksi, berbicara bahwasanya untuk minggu depan beliau berhalangan hadir karena akan keluar kota. Beliau berkata  “Minggu depan kalian akan di temani oleh penulis novel “guruku sayanng dibuang jangan” untuk berdiskusi mengenai novel tersebut. Seperti halnya kami diskusi dengan Akmal seorang penulis novel “presiden prawiranegara”.
Novel “guruku sayang dibuang jangan” merupakan novel pertama dari Rahmat Heldy HS. Ia merupakan alumni dari Universitas Sultan ageng tirtayasa, jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, hal ini membuktikan bahwa ia merupakan salah satu senior saya. Rahel lulus dari pendidikan sarjananya pada tahun2004 silam.
Rahel merupakan seorang yang tertarik pada dunia jurnalistik, sejak duduk dibangku kuliah ia sudah berpengalaman menjadi wartawan, dan menjadi penyair. Puisi-puisinya sudah di muat di koran-koran lokal maupun nasional.
Pada awal novel, di tuliskan bahwa Rahel merupakan bagian dari “Rumah Dunia”, yang di ketuai Gol A Gong.  Awal ketika ia bergabung di Rumah Dunia dengan modal semangat yang membara.
Novel pertama buah tangan Rahel ini, sepertinya merupakan kisah nyata dari Rahel itu sendiri yang di fiksikan, sehingga menjadi sebuah novel. Kemasannya yang menarik dan tidak begitu tebal menjadi daya tarik tersendiri untuk saya, bahkan membuat saya bersemangat unuk membacanya.
Pada malam selasa saya berkeinginan untuk segera menyelesaikan baca novel ini, namun keadaan badan saya terasa lelah dan letih, tidak lama membacanya, sayapun terlelap bersama dengan novel itu. Esok harinya saya menghatamkan novel itu.

Rahel adalah seorang penulis putra daerah Banten. Karena hidup di daerah kelahirannya , maka ia menggunakan latar untuk novel “guruku sayang dibuang jangan” adalah di daerah Banten. Kampus Universitassultan Ageng Tirtayasa yang begitu dekat dengan kehidupan saya sekarang ini. Misalnya lingkungan masjid, pohon ketapang, ruang jurusan dan lain-lain,  yang setiap hari saya juga menjumpainya. Oleh karena itu saya seakan-akan merasakan sendiri kejadian-kejadian yang ada di novel ini. Bahasa yang di gunakan penulispun yang mudah di pahami sehingga saya bisa menikmati dengan begitu enjoy.
Novel “guruku sayang dibuang jangan” adalah sebuah novel yang akan memberikan inspirasi kepada pembacanya karena ceritanya yang sangat membangun. Hidup harus dengan penuh keyakinan serta memiliki ambisi, segala perbuatan kita pasti akan di balas dengan ganjaran yang setimpal. “Orang baik pasti akan mendapat kebaikan pula”.
Bacaan yang semacam ini, sangat cocok dibaca oleh para generasi bangsa agar smangat dalam mengenyam pendidikan, walaupun dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Karena kalau kita yakin Allah berkhendak tidak ada yang tidak mungkin, kunfayakun.
Pada novel ini menceritakan tentang seorang mahasiswa bernama Rafie, yang memiliki perjuangan yang sangat gagah untuk bisa kuliah.
Rafie adalah seoarng mahasiswa “pendidukan bahasa dan sastra Indonesia” di Univrsitas Sultan ageng titayasa. Ia berasal dari kampung yang sangat terisolir yang berada di balik gunung pinang (keramat watu). Ia berasal dari keluaraga petani dan keluarga tidak mampu, namun ia sangat memiliki motivasi yang cukup tinggi untuk kuliah, dan ia ingin mematahkan pernyataan yang selama ini menjamur di masyarakatnya, yaitu beranggapan bahwa “anak petani pasti jadi petani juga”.
Berani bermimpi di atas segala kekuarangannya, itulah yang dialami Rafie. Dengan memiliki semangat yang kaut ia terjang keterbatasan itu. Ia sungguh orang yang mulia karena ingin memajukan kampung halamannya dalam dunia pendikan. Hal ini bertolak belakang dengan  kebanyakan mahasiswa sekarang, yang hanya ingin bersenang-senang, dan hura-hura saja. Tidak bersyukur atas segala nikmat yang di berikan-nya.
Banyak anak-anak bangsa yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal, karena keadaan yang memaksa. Padahal setiap warga Negara memiliki hak yang sama untuk mengenyam pendidikan. Menurut saya pun hal inilah yang telah membuat Indonesia selalu ada di garis kemiskinan. Oleh karena itu mari kita bangun Indonesia khususnya Banten agar memiliki masyrakat yang lebih baik, dengan menyadaran masyrakat bahwa pendidikan sangatlah penting.
Rafie hidup di linggkungan kampung yang masih indah yang dihiasi sawah dan sungai, yang sudah mulai tercemar limbah induastri, serta masyarakat yang belum mengenal dunia pendidikan, dan masih banyak orang-orang yang percaya ke benda-benda kramat ataupun lainnya, yang bisa mengudang ke musyrikan. Namun ia tidak terbawa arus oleh kemusyrikan dan ia selalu melaksanakan kewajiban sebagai hamba-nya.
Hidup untuk menjadi manusia yang baik dan jujur itu sangat sulit, karena banyak sekali hal yang menggodanya, apalagi di zaman seperti sekarang ini. Orang bisa mengahalalkan segala cara untuk mendapatakan yang ia inginkan.”hal yang haram bisa menjadi halal”. Bahkan banyak orang yang berkata “halal haram tak jadi masalah”.
Dengan keinginan Rafie yang kuat untuk kuliah, ia pun sadar bahwa harus menjadi seorang anak yang berbakti kepada orang tua, walaupun orang tuanya  merupakan seorang petani. Rafie rela melakukan pekerjaan petani seperti mengairi sawah yang kekeringan, mencari rumput untuk makanan kerbau. Semua itu di lakukannya setiap hari, sepualng ia kuliah. Hal ini pasti sulit dilakukan oleh anak-anak zaman sekarang, apalagi seorang mahasiswa yang biasanya memiliki gengsi dan rasa malu yang tinggi.
Keterbatasan yang di hadapinya membuat ia berfikir bagaimanapun caranya ia harus bisa kuliah. Hingga pada suatu saat, orang tua Rafie terhambat dengan masalah ekonomi yang tidak bisa untuk membiayai kuliahnya lagi. Namun, dengan tekad yang kuat Rafie meyakinkan orang tuanya agar ia tetap kuliah. Ia berkata kepada orang tuanya bahwa ia akan membiyai kuliahnya sendiri.
Keyakinan Rafie kalau “di balik kesusahan pasti ada kemudahan” , oleh karena itu sebagai mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia, ia memutuaskan untuk menjadi penyair. Serta Rafie ingat akan kata-kata Imam Al- Ghozali “jika kita terlahir bukan dari anak seorang raja, kiyai, dan pengusahamak jadilah penulis”. Hal ini membuat rafie yakin untuk menjadi seorang penulis
Mengirimkan puisi-puisinya ke Koran-koran lokal, namun hal itu tidaklah mudah. Rafie mengirikan puisinya sudah dua puluh kali, tapi ia tetap gagal dan akhirnya hampir putus asa. Pada keadaan yang hampir membuatnya putus asa, ia bertemu dengan dosennya pak wahen dan menceritakan kelelahannya, akhirnya pak wahen memberi semngat, di sela-sela Susana itu ada seorang mahasiswi yang anggun, cantik, menghampiri dosen yang bersamanya itu, dan saat itu pula ia menulis puisi tentang perempuan yang berada dengannya di ruangan itu. Ia kirimkan puisi itu dengan penuh perjuangan dan akhirnya berhasil terbit juga.
            Tidak berbeda halnya mahasiswa yang lain, ia pun merasakan rasa jatuh cinta kepada seorang mahasiswi Fakultas Ekonomi, Padma namanya. Layaknya seorang yang sedang kasmaran rafie pun berusaha unuk mendekati Padma, bahkan ia sering berbuat kekonyolan-Kekonyolan bahkan lupa akan kewmiskinan yang dialaminya.
 Namun, tidak lama kemudian Padma berlari kelain hati, seingga membuat Rafie sangat sakithati. Inilah cinta terkadang membuat kita senang, kalau kata anak zaman sekarang “dunia milik kita berdua yang lain ngontrak”. Pantas ada orang yang bilang “kalau cinta sudah melekat tai kucing rasa coklat”. Namun ada kalanya cinta membuat kita seolah-olah dunia akan kiamat saja. Rafie pun tidak larut dalam masalah asmaranya dengan Padma, ia berusaha melupakan Padma walaupun tidak bisa, “byangan Padma selalu menghantuinya”.
Setelah Rafie di nobatkan menjadi sarjana timbul masalah di kampungnya, semua warga awam  terhadap  pedidikan beranggapan bahwa Rafie sudah sejahtera dalam hal finansial dan menjadi pegawai negeri sipil. Setelah itu, ia pun mengajar di yayasan lembaga pendidikan dan mendapatkan kembali cobaan yang amat berat dalam menghadapi murid-murid yang bermacam-macam karakter. Namun karena profesi rafie sebagai guru maka ia hadapi semua masalah itu dengan kesabaran.
Guru tentu mejadi cerminan para muridnya untuk berbuat, karena guru  merupakan seorang figur yang harus baik, baik ketika berada di dalam lingkungan pendidikan, maupun di luar karena ia berada dilungkungan masyarakat. Dengan demikian, seorang guru memiliki beban moral di dalam semua aspek kehidupan.
Karena Rafie masih lajang, dengan usia yang cukup matang untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah ia pun di hadapkan pilihan yang sangat menyulitkannya untuk mengambil keputusan. Apakah menuruti keinginan ibunya atau mengikuti kata hatinya yang masih sayang denga cinta pertamanya.
Akhirnya Rafie membuktikan bahwa ia dalah seorang yang berbakti kepada porang tua, walaupun hatinya yang menglami gejolak, maka dengan berat hati ia memilih seoranng perempuann pilihan ibunya bernama Dinda. Sekarang menikah dengan di jodoh-jodohkan sangat jarang yang mau. Karena anak muda sekarang beranggapan bahwa”dijodhkan itu adapada zaman sitti nurbaya”.  
Tokoh pak waher yang sangat percaya akan dunia mistik, mengidupkan jalan cerita yang adadi dalam novel ini. Penomena seperti ini juga tidak jauh dari kehidupan sehari-hari kita. Tetapi saya berharap jangan sampai percaya kedunia mistik dengan berlebihan, mempercayai benda-benda kramat karena akan mengundang kemusyrikan.
Rahel menggambarkan tokoh sosok kedua orang tua yang rela mengorbankan semua hartanya demi menyekolahkan anaknya, walaupun dalam keadaan yang sangat sulit. Hal ini mengamanatkan kepada kita, bahwa  orang tua harus berani menjamin pendidikan anak-anaknya.
Dalam novel ini, di ceritakan bahwa dalam melakukan sesuatu itu harus ditekuni, dan janagan setengah-setengah. Suatu hal tidak ada dengan sendirinya, tidak semudah membalikkan telapak tangan, melainkan harus dengan usaha yang maksimal dan bekerja keras. Karena sudah janji Allah “barang siapa bersungguh-sungguh maka akan ku kabulkan”.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar